Iklan

Senin, 07 Mei 2018

Perbedaan lempuyang wangi, pahit, gajah dan emprit

Barangkali ada yang masih bingung tentang lempuyang. Tulisan ini adalah hasil wawancara singkat dan analisis ciri fisik tanaman lempuyang. Harap maklum penulis tidak tau menahu tentang kandungan lempuyang.
Nah secara umum masyarakat menyebut lempuyang berdasarkan ukuran dan aroma. Berdasarkan ukuran ada lempuyang gajah yang ukuranya besar, serta lempuyang emprit untuk lempuyang yang ukuranya kecil. Berdasarkan aroma masyarakat menyebut ada lempuyang wangi dan lempuyang pahit. Lempuyang wangi, aromanya agak wangi. Lempuyang pahit aromanya sedikit asam dan pahit di tenggorokan bila dihirup dengan tarikan nafas yang dalam.
Secara fisik, lempuyang wangi adalah lempuyang emprit. Sementara lempuyang gajah adalah lempuyang pahit. Hal ini karena lempuyang wangi ukuranya lebih kecil, aromanya wangi, lebih berserat sehingga ketika dipatahkan tidak langsung patah.
Lempuyang gajah/ lempuyang pahit cenderung tidak memiliki banyak serat, jadi ketika dipatahkan ruasnya akan langsung patah. Ciri yang paling mudah untuk membedakan lempuyang wangi/ emprit dengan lempuyang gajah atau lempuyang pahit adalah dengan mematahkanya. Kalau mudah dipatahkan, dan aromanya pahit ini berarti puyang pahit/gajah. Kalau dipatahkan tidak langsung patah dan beraroma wangi maka itu adalah puyang emprit/ wangi.
Semoga bermanfaat

Minggu, 27 November 2016

PEMBUATAN DAN PENJUALAN ARANG KAYU TRADISIONAL

PEMBUATAN  DAN PEMASARAN ARANG
A.    Pemuatan
Pembuatan arang kayu sekala kecil dapat dilaksanakan dengan pembakaran sistim lubang tanah atau dengan tungku drum. pada kesempatan ini, penulis melaksanakan dengan menggunakan pembakaran sistem lubang tanah. hal yang perlu dilaksanakan sebagai berikut:
1.      Menyiapkan lubang tanah

Gambar: 1. lobang tanah yang sudah diberi alas daun bambu kering.
kedalaman lobang: +- 60 cm
panjang : +- 150 cm
lebar: +- 100 cm
Pemberian alas dengan daun bambu kering bertujuan agar memperkecil rongga bagian bawah, sekaligus alas bagi tumpukan kayu sehingga kayu tidak bersentuhan langsung dengan tanah. Pemilihan daun bambu bertujuan agar mudah di tata, serta mudah dipadatkan di sekitar tempat pembuatan.
2.      langkah selanjutnya menyiapkan potongan kayu.
Gambar: 2. Potongan kayu yang sudah siap
Kayu yang penulis gunakan adalah kayu lamtoro dan jati yang tidak masuk ukuran bahan mebel maupun bangunan. Kayu yang di pilih adalah kayu yang lurus. Penulis menggunakan kayu yang lurus dengan tujuan agar mudah di tata rapat. panjang potongan juga diusahakan sama panjang.  Sebenarnya kayu yang tidak lurus juga bisa digunakan asal dalam penataan diusahakan serapat mungkin. Atu dengan cara menyumbat rongga antar kayu menggunakan dedaunan.

3.      Setelah kayu siap proses berikutnya adalah penataan kayu.
 
Gambar: 3. Penataan kayu
Kayu ditata serapat mungkin. Paling bawah penulis menata kayu yang ukuran kecil dan semakin ke atas ukuran kayu makin besar. Bila terdapat rungga antar kayu penulis merapatkannya dengan cara menyumpal menggunakan daun bambu kering.
4.       Proses berikutnya menimbun dengan daun kering sehingga menutupi permukaan dan bagian tepi tumpukan kayu.
Gambar 4: tumpukan sudah tertutup daun kering merata

Setelah proses penutupan dengan daun bagian atas ditutup dengan sobekan kardus/ atau bisa menggunakan daun yang ukurannya lebar. Hal ini bertujuan agar butiran tanah yang ditimbunkan tidak masuk ke tumpukan kayu yang akan dibakar.
Gambar 5: Pemberian alas penutup
Bagian tepi ditutup dengan seng. Penulis menggunakan potongan drum bekas yang diluruskan. Pada bagian ini, akan digunakan sebagai awal pembakaran.
Setelah itu, langkah berikutnya dengan cara penutupan tumpukan dengan tanah.

Gambar 6: Penimbunan tanah
Penutupan tumpukan serapat mungkin dengan menyisakan lubang di salah satu sisi sebagai jalan keluar asap pembakaran.
setelah siap kemudian dilakukan proses pembakaran.

Gambar 7: Penyalaan awal pembakaran
Pada proses pembakaran, mula mula asap akan keluar dari sumber api, kemudian akan menjalar kedalam dengan tanda keluarnya kepulan asap dari lubang asap yang telah disiapkan.

Gambar 8: Pembukaan tumpukan
Setelah 2hari pembakaran dan 1 hari pendinginan arang diambil.
pengambilan dengan cara pembukaan tumpukan dengan cangkul. Proses pembukaan harus hati-hati. Ini bertujuan agar arang tidak hancur, jangan lupa menyiapkan air untuk berjaga-jaga kalau nanti masih terdapat bara.
setelah di ambil arang disortir berdasarkan ukuran.




B.     Pengambilan
 

Pada proses pengambilan, dilakukan secara hati-hati. Arang yang sudah jadi mudah hancur bila terinjak, dan karena perubahan suhu akan menimbulkan retakan-retakan yang bisa di dengar ketika proses pendinginan.

C.     Pengemasan
 Setelah arang benar-benar dingin langkah berikutnya adalah pengemasan. yang perlu diperhatikan dalam proses mengemas kita harus tau ukuran kemasan yang diinginkan oleh konsumen. Kita bisa mengemasnya dengan kemasan plastik atau karung.

D.    Pemasaran
Tahap pemasaran adalah tahap yang paling menguji keterampilan. Setelah proses pembuatan yang melelahkan kita masih harus menjalani tahap akhir dari proses produksi. Sebenarnya perkara yang mudah, bila kita membuat arang berdasarkan permintaan. Kita tinggal membuat sebanyak-banyaknya dan sudah ada tengkulak atau konsumen yang akan datang membeli arang kita. Akan tetapi pada kenyataannya sudah bukan zamannya kita menunggu bola datang. Kita harus berusaha memasarkan produk kita dan berani bersaing dengan pedagang yang sudah memiliki pasar asal jangan saling menjatuhkan (peace,,,,,, juragann, ha ha...).

x. Menjual ke Tengkulak dan Pengepul
Untuk menjual arang ke tengkulak dan pengepul, langkah pertama adalah kita harus mencari keberadaan mereka. Untuk mengetahui keberadaan mereka surfai pasar dilakukan. Kalau produksi arang kita kecil, cukup mencari tengkulak atau pengepul di pasar tradisional. Kita cari info orang atau kios yang menjual arang. Kalau sudah ketemu kita negosiasikan apakah mereka mau membeli arang yang kita buat dengan kesepakatan harga. kita perlu mempresentasikan kualitas dan kapasitas produksi arang kita agar mereka yakin dan tertarik.

xx. Menjual langsung ke warung/ rumah makan
Selain memasarkan ke tengkulak atau kios arang, kita bisa menawarkan ke penjual sate, ayam bakar, serabi dan pedagang makanan serta rumah makan yang membutuhkan arang. Kita tawarkan arang kita, disinilah sebenarnya kita berusaha untuk mempresentasikan kualitas, dan sepesifikasi ukuran arang yang kita produksi. Mengenai harga, buat harga yang lebih mahal dibandingkan bila kita menjual kepada pengepul/ tengkulak/ kios di pasar. Ini karena mereka biasanya hanya membutuhkan arang dalam jumlah yang sedikit dan biasanya mereka menentukan sepesifikasi arang yang mereka butuhkan. dan ingat hal ini untuk mengurangi rusaknya harga arang di pasaran lokal. kalau kita menjual arang secara langsung semacam ini biasanya persaingan antar pedagang ketat, jangan membuat harga yang lebih murah dengan tujuan produk kita semakin laku di pasaran,,, ini akan berakibat buruk.

selamat mencoba,, mau jadi produsen atau penjual silahkan saling menjalin hubungan yang baik.. dan jalin relasi sebanyak-banyaknya...
salam sukses..... dan luarbiyasa..
jangan lupa senyum saat ada banyak masalah...